Pengungsian identik dengan musibah, baik karena bencana alam maupun karena persoalan sosial politik yangsering disebut bencana sosial atau bencana karena ulah manusia. Dari sudut pandang dan fakta yang dibeberkan, sejumlah penggiat dan pemerhati lingkungan berpendapat bahwa bencana alam pun konon akibat ulahmanusia. Ada pula kelompok lain yang tetap juga bersikukuh menganggap itu sebagai bencana alam semata.Sayangnya, berbagai kelompok yang berkepentingan dan bertanggung jawab terhadap pengungsi seringkali adayang terjebak dan berlama-lama dalam perbedaan wacana penyebab pengungsian. Nasib para pengungsi punterkesampingkan dan disesuaikan dengan sudut pandang masing-masing.
Sebagai lembaga yang bergerak dalam perjuangan hak asasi manusia khususnya hak asasi perempuan, KomisiNasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) juga dituntut untuk menyikapi persoalan pengungsian. Buku yang ada dihadapan anda adalah salah satu wujud dari penyikapan, kepentingan dankeberpihakan Komnas Perempuan bagi pemenuhan hak perempuan pengungsi sebagai bagian tak terpisahkandari penegakan hak asasi manusia.Buku ini berangkat dari pengalaman Komnas Perempuan mendokumentasikan kondisi pemenuhan HAMperempuan pengungsi Aceh akibat bencana alam dan konflik bersenjata pasca tsunami. Perhatian utama diberikan pada pendokumentasian kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan pengungsi, yang seringkali lepasatau tidak menjadi prioritas dari perhatian lembaga-lembaga pendamping pengungsi. Tingginya angka danberagamnya bentuk kekerasan terhadap pengungsi, khususnya kekerasan seksual, menunjukkan kemendesakanuntuk mengintegrasikan model pendokumentasian ini dalam sistem pendataan awal maupun monitoring ataupemantauan selama pendampingan dilakukan.